Wednesday, May 14, 2008

MemaknaCintaUntukManusiaYangLupaHakikatDirinya

Memaknai Cinta

Tuhan memberi kaki untuk berjalan,

Mencari rezeki, menuntut ilmu

Seperti kupu-kupu yang berasal dari kepompong,

Berubah menjadi ulat, perlahan-lahan tumbuh sayapnya

Demikian pula cinta

Dimaknai dengan hakiki

Mengerti akan hati,

Cinta

Itu racun

ya, ia mampu melumpuhkan mata hati”

“benar?”

“bukan tutur manis, namun racun mematikan mata hati”

“jika kau pandang dengan nafsu”

“bukan ketulusan

Ketika ruh melayang

Menempati rongga-rongga jiwa

Kau singgahi

Surga yang penuh kedamaian

Saat itu…

Tuhan menitipkan sekeping hati

Dari rongga jiwa yang sempit,

Dan tak mampu menopang,

Kotoran-kotoran dengan angkuh

Lalu menerjang sekeping hati

Ya, waktu itu ada bunga didadaku

Lalu, perlahan gugur

Ya, hatimu telah mati

Dan sungai-sungai kecil mengalir

Menjadi tetesan air mata

“Di situlah racun”

Sekeping hati yang dititipkan-Nya

Diubah menjadi racun mematikan

Bagi manusia yang tidak memahami arti

Apalagi memahami jiwanya

Apakah ia punya jiwa?

Apakah ia punya hati?

Lalu dengan hati itu pula

Ia mati

Tanpa ada senyuman

Hanya sekeping air mata

Ya, air mata

Tuesday, May 13, 2008

Artikel

Ada Apa Dengan Kancil?
Oleh: Elsya Crownia*

Dongeng sebelum tidur,
Ceritakan indah,
Biarku terlelap,
Mimpikan yang indah,
(Dongeng sebelum tidur, wayang)
Mungkin kita ingat pada era 90-an lagu ini dipopulerkan oleh grup musik Wayang. Lantas, apa yang menarik dalam lagu “Dongeng Sebelum Tidur” yang mengambil kancil sebagai lakon, sebagai pahlawan. Bukan karena persoalan tidak ada tokoh lain --- sehingga terkesan kurang kreatif, melainkan juga mempertimbangkan faktor kultural ke-Indonesiaan secara menyeluruh. Dalam budaya Indonesia sang kancil digambarkan sebagai binatang yang cerdas, lincah, dan cerdik sehingga telah terekam dibenak anak Indonesia, dari generasi ke generasi, mulai dari zaman buyut hingga zaman canggih dan serba modern ini. Wajar, bila lagu yang dilantunkan oleh grup musik Wayang mampu meraih pangsa pasar.
Perlu direnungkan bersama-sama adalah perihal atas keidaksadaran kita mengenai ada hubungan erat antara dongeng dengan mentalitas bangsa. Bagaimanapun dongeng akan mempengaruhi perkembangan karakter dan sikap generasi penerus bangsa, khususnya anak-anak. Padahal, anak-anak ini nanti akan meneruskan estafet kepemimpinan bangsa.
Yang perlu diingat, dongeng “Kancil dan Pak Tani” mempengaruhi sikap generasi muda saat ini. Misalnya kita menemukan begitu banyak persoalan yang menimpa generasi muda mulai dari perjudian, geng motor pembawa masalah, narkoba, tindakan kekerasan, korupsi, dan lain sebagainya. Pun menyedihkan sekali, penulis membaca buku pelajaran Bahasa Indonesia yang memaparkan kisah-kisah mistis atau cerita binatang cerdik dan licik. Hal ini akan mempengaruhi psikologis anak. Tak ayal jika mereka menjadi lemah, mudah putus asa, dan licik demi meraih sesuatu. Buku-buku yang dibacakan oleh orang tua, dan guru kepada anak-anak dari waktu ke waktu secara tidak sadar mengandung n-Ach atau bukan. Nah, itulah yang menjadi pertanyaan. Apa sebenarnya n-Ach ini?. Baiklah, penulis akan memaparkannya lebih lanjut. Dalam artikel David McClelland “The Need For Achievement” kalau diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia artinya kebutuhan untuk berprestasi. McClelland mempersoalkan mengapa pelbagai bangsa memiliki karakter yang berbeda-beda, bahkan bertolak belakang satu sama lainnya; ada bangsa tertentu yang rakyatnya maju; ada bangsa yang suka bekerja keras, ada juga yang suka bermalas-malasan. Lalu McClelland mengambil sampel bangsa Spanyol dan Inggris pada abad ke 16. Kalau dilihat dari perkembangannya, Inggris lebih maju, sementara Spanyol mengalami kemunduran. Mengapa?, lalu McClelland mencoba terus mengkaji namun tak juga menemukan jawaban. Akhirnya, ia mengambil satu sampel yang tidak pernah diteliti orang lain. Apa?. Ternyata dongeng, ya, dongeng yang telah diteliti dari Spanyol dan Inggris, mulai dari perjalanan nakhkoda kapal, penguburan, cerita epik. Menurut McClelland, dongeng Inggris memiliki n-Ach (need for achievement) sehingga, dari segi ilmu pengetahuan dan ekonomi mereka maju. Berbeda dengan Spanyol, ternyata unsur n-Ach tidak ditemukan sama sekali. Unsur n-Ach itu terdiri dari tiga yaitu: optimisme yang tinggi, keberanian untuk mengubah nasib, dan sikap pantang menyerah. Artinya, si pendongeng atau tukang cerita tidak hanya memaparkan cara mengapai keberhasilan dengan mudah, tetapi bagaimana untuk meraihnya, apa yang harus diusahakan.
Misalnya, kita coba mengambil hikayat “King Arthur and His Knight” yang memaparkan filosofi kehidupan dalam kutipan kalimat “seorang ksatria itu tidak hanya dilihat dari kemampuannya.” Kalau dilihat dari unsur filosofis dari sepenggal kalimat yang telah menjadi jargon dalam kehidupan sehari-hari, mampu merasuki para audiensi, sehingga menunjukkan pada anak-anak agar mampu mengubah pandangan tentang hidup dan kehidupan. Tidak hanya mampu mencokol nilai-nilai moral, tetapi bagaimana upaya unuk membangkitkan semangat anak-anak untuk menjadi lebih baik dan lebih berprestasi. Dan pesan moral yang disampaikan dalam cerita itu tidak harus menitik beratkan pada kisah “pada zaman dahulu” atau kisah yang membuat mereka senang membaca atau mendengar. Karena, unsur dalam cerita itu dengan sendirinya akan mempengaruhi sikap dan karakter mereka sehari-hari.
Kalau anak-anak hanya diceritakan tentang hal-hal mistis atau berbau khayalan itu tidak cukup. Tetapi, makna dalam cerita yang mengandung kata-kata indah. Dalam Arthur and His Knight, Merlin dikenal sebagai sosok yang bijaksana dan selalu suka memberi motivasi Raja Arthur dalam mengemban amanat sebagai pemimpin. Arthur pun berupaya untuk menjaga kepercayaan rakyat dan berusaha membantu dan menyelesaikan seluruh permasalahan yang dihadapi kerajaan.
Dan contoh lain, yang juga memaparkan kisah yang hampir sama dengan “King Arthur and His Knight” terdapat dalam film “The Mighty” yang mendapatkan penghargaan pada festival film pada tahun 1999. Film ini mengisahkan tentang seorang anak lahir dengan kedua kaki lumpuh. Meskipun dia terlahir cacat, tetapi ia dikenal sebagai anak yang brilian, cerdas, dan pintar di bidang Ilmu Fisika dan Matematika. Keadaan fisiknya tidak meng halangi keinginannya untuk belajar sungguh-sungguh. Justru, dibalik kekurangan itu ia mampu memecahkan soal-soal sulit. Kevin bersahabat dengan Maxwell seorang anak Amerika yang polos, mereka berdua selalu diganggu oleh gerombolan The Dollhouse pimpinan Blade, bahkan dijadikan sebagai sasaran empuk mulai dari mencerca, dihina, atau diganggu. Namun, saat gagal atau pun sukses dalam menghadapi Blade, malah Kevin selalu mengeluarkan kata bijak “ You are not you any man!” yang ia teriakkan dalam menghadapi gerombolan Blade. Itu jelas bahwa, realitas yang dihadapi oleh Kevin sebagai pembela. Ya, walaupun ia caca fisik, akan tetapi ia mampu melakukan sesuatu yang lebih dibandingkan dengan anak normal . Dalam konteks ini, Rodman Philbrick dengan novel itu, dijabarkan bahwa unsur untuk meraih sesuatu itu perlu. Atau kisah tentang seorang anak kecil bernama Charlie dalam film Charlie and The Chocolate Factory, hidup ditengah keluarga yang kurang beruntung, ia ingin sekali melihat pabrik Willy Wonka. Sudah beberapa kali orang tuanya membeli coklat, namun ia selalu kurang beruntung. Dan pernah juga nenek Charlie berkat “ jangan putus asa Charlie, kau pasti mendapatkan kesempatan nanti mengunjungi pabrik.” Namun, hingga pada suatu hari ia mendapatkan uang kertas lalu dengan uang itu ia lansung membelikan coklat. Dan tanpa ia sadari ternyata ada kupon khusus mengunjungi pabrik coklat Willy Wonka. Di toko itu si penjual coklat mengatakan “ jangan kamu sia-siakan kesempatan itu”. Artinya, dalam film itu tidak hanya terselip pesan moral tetapi juga nasehat untuk tidak pernah putus asa atau menyia-nyiakan kesempatan.Nah, yang menjadi pertanyaan. Apakah dinegeri ini akan ada cerita yang memaparkan semangat, optimisme, dan sikap pantang menyerah?.
*** Penulis adalah mahasiswi Sastra Inggris, Fakultas Sastra, bergiat di Komunitas Hijaumuda

KALBUBERSENANDUNG

Kumpulan Puisi

Goresan

Hidup itu seperti jalin menjalin
Menempuh perjalanan panjang berliku
Tak berujung, tak berpangkal
Ibarat jalinan benang kusut
Menata satu persau jalan,
Jalan mana?
Jalan-jalan itu seperti oase
Tanpa tujuan yang tak jelas
Dimana awal atau akhir?
Hidup itu jalin menjalin
Merapat dan merengang
Datar, terjal
Sampai tergores luka dalam
Seharusnya, jalinan itu saling berpadu bukan
Jalinan kusut tanpa rupa
Hidup itu jalin menjalin
Agar untaian itu tertata
Tanpa benang kusut

Limau-manih, 30 April 2008


Aku

Aku sendiri tidak bisa mengenal
Rupaku, siapa aku?
Aku hidup tanpa berumah
Tanpa, makanan
Sendiri
Aku?
Ya, aku?
Menerobos kehidupan tanpa
Secangkir kopi panas atau sofa
Menerawang hari
Tanpa asa
Aku?
Aku?
Ibarat musafir
Tak berumah
Kulalui masa dengan aku dan keakuanku
Lupa, tujuan
Sesat, kenikmatan
Hingga, aku kehilangan aku
Kuhanya terhanyut dalam gelombang tsunami
Keangkuhan


Kebahagiaan itu, ibu

Kebahagiaan itu, ibu
Selalu bertutur lembut, dengan
Ketus,
Namun, ia kebahagiaan
Tak ada yang bisa menganti kebahagiaan itu,
Ya, ibu
Aku telah lalai dan pongah
Anpa mengindahkanmu
Padahal, engkau surgaku
Tanpa, kasihmu
Aku tak berarti,
Saat aku rapuh, engkau ada
Saat aku terjatuh,
Kau menuntunku
Dengan lembutmu
Ya,
Hanya engkau, bu
Engkau, bahagiaku

Ya, Pa anakmu ini salah!

Aku hanya tertunduk tanpa
Menatapmu,
Saat itu aku rasakan
Aku sudah melebur, layu
Tapi, aku tahu,
Aku salah
Mengapa aku terlalu menyalahkanmu?
Anakmu, ini membuatmu miris dan meringgis
Ya, Pa anakmu salah!
Menghitamkan putih, memutihkan hitam
Membohongkan kejujuran, kejujuran dibohongkan
Baiknya, kau tanya dirimu sendiri
Kamu siapa?
Manusia atau binatang?
Kau tahu, manusia
Paling rendah itu?, tanyamu menatapku
Kau hanya menunduk dan badanmu mengigil ketakutan
Dengar!
Perhatikan tanda itu!ujarmu
Bercerminlah, coba bercermin
Apa kamu pantas menjadi manusia?
Malulah,
Pada dirimu sendiri.

Kenapa aku selalu lupa?

Aku,
Tiba disini dan melupakan,
Sesuatu,
Ya, seharusnya,
Aku bicara padamu,
Bukan seperti si pongah,
lupa diri!

Dag, dig, dug

Dag,dig, dug
Jantungku bergetar
Seperti ada yang mendatagiku
Melalui kilauan cahaya
Aku merasa,
Dia selalu memperhatikanku,
Dag,dig,dug
Aku,seperi benang kusut
Namun,
Aku ingin menjadi sutra halus
Dan berharga
Dag,dig,dug
Aku merasa cahaya itu
Mengingatku

Limau-manih, 30/5/08

Tuesday, April 22, 2008

Aku bernyanyi dikesepianku
Hadapi mimpi
Gelap
Hitam pekat
Dan
Seruling itu menuntun
Jalan
Berkata dalam kebisuan
Angin malam hanya
Bersenandung dingin
Habiskan
Kopi pahit
Dan
Semua usai

Seminar Tulisan

Dokumen diseberang Lautan, Saat Sejarah butuh Data
Oleh: Elsya Crownia

Penelitian sejarah, dikumpulkan oleh Ikatan Seni Batavia dan Ilmu Pengetahuan yang didirikan oleh sekelompok pegawai VOC pada tahun 1778, awalnya bertujuan untuk menyimpan arsip-arsip, benda-benda rampasan Perang. Didirikannya kelompok Ikatan Seni Batavia dan Ilmu Pengetahuan dari berbagai organisasi antara lain ilmu pengetahuan, seni, teater, dan sastra yang tidak hanya memandang aspek local dan aspek nasional tetapi juga memandang aspek social budaya masyarakat.
Hans Corob dalam makalahnya, menjabarkan bahwa Corner Robert Marker mengusulkan bahwa Batavia harus memiliki kelompok khusus yang dinamakan dengan “ Ikatan Seni Batavia dan Ilmu Pengetahuan, kemudian VOC memberikan izin namun terjadi konflik, disebabkan oleh kelompok lain yang menyebabkan tujuan mereka untuk berdagang dan menjajah tidak tersentuh.
Ada beberapa tujuan mendirikan Ikatan Seni Batavia dan Ilmu Pengetahuan antara lain pertama, ikatana tidak ikut campur dengan urusan VOC. Kedua, memajukan seni dan pengetahuan agar dapat dipelajari data-data dan arsip-arsip kesejarahan. Ketiga, mempelajari sejarah, arkeologi, pertanian, teknologi, dan berbagai koleksi benda-benda langka dari berbagai macam flora, fauna, etnis, naskah dan budaya di Indonesia. Desember tahun 1778 ( kurang lebih 230 tahun yang lalu) Rafles menyewa rumah untuk dijadikan museum.
Berdasarkan koleksi dan pendataan wilayah VOC ditemukan pada tahun 1926 dipimpin oleh orang Belanda ( nama tidak diketahui), 1936 ( kurang lebih 160 tahun yang lalu) ikatan dipimpin oleh orang Indonesia yaitu Prof. Dr. Husein Djajadiningrat, namun setelah dia meninggal Ikatan mengalami pasang surut. Sedangkan pada tahun 1911, Raffles membuat koleksi untuk kapal Loaden, yang sedang membawa benda-benda arkeologis dan seni. Saat itu ikatan mendapat subsidi dari pemerintah dan pada saat itu Rafles mendirikan bangunan khusus untuk menyimpan benda-benda koleksi.
Bentuk subsidi pemerintahan VOC antara lain dalam bentuk jasa, gedung, sewa rumah ( 1914 dan tahun 1962 menentukan lokasi museum, sedangkan tahun 1935 Ikatan mendapatkan subsidi berupa uang, dan perlindungan ( diperkirakan tahun 1778) oleh Gubernur Jendral Belanda.
Pokok-pokok penting sejarah ikatan yang perlu di catat antara lain; keadaan politik pada masa itu, perubahan dalam badan pengurus, iklim dan kondisi bangunan ( tahun 1867) banyak koleksi-koleksi yang hilang, beberapa koleksi juga telah dibawa dari Indonesia ke negara lain ( dijadikan sebagai barang koleksi di negara dan koleksi sendiri).
Pada tahun 1846 para peneliti dari Ikatan menumpang guna mempelajari dan mengumpulkan benda-benda dari Bali ( masa perang puputan), sebagian barang-barang di gunakan sebagai deposit atau benda-benda tersebut dibawa oleh pemerintah Hindia Belanda. Tahun 1979 baru dijadikan sebagai monumen nasional dan tahun 1980 Ikatan memisahkan perpustakaan nasional dan museum nasional.
Sejarah Ikatan Seni Batavia
Berdasarkan makalahnya, Hans Corob menjelaskan bahwa arsip ikatan di simpan sebagai arsip nasional, publikasi oleh Venhardelingen berupa (esai, sebanyak 95 jilid), majalah ( 85 buah ), notulen rapat pengurus ( 60 jilid), dan buku tahunan ( 10 jilid), dan terdapat lebih kurang 3000 benda-benda peninggalan sejarah di museum dan buku-buku atau naskah di perpustakaan.
Beberapa Kasus
Hans Corob membagi menjadi shared heritage ( pembagian benda peninggalan sejarah ) yang telah menjadi warisan budaya bersama. Terdapat di Berlin, Laiden, dan Kongres ( tahun 2006) yang menampilkan filologi Indonesia, yang mesti memperhatikan peninggalan-peninggalan budaya bangsa, naskah-naskah Indonesia terdapat naskah dalam bentuk katologi, dan etnografi ( di Leaden ) yang dikoleksi di Jakarta memperlihatkan proses pengumpulan benda-benda sejarah dari Aceh, Sulawesi, Bali, dan Lombok. Dan devided heritage yang lebih mengacu pada arca-arca peninggalan Kerajaan Singosari ( tahun 1818) dan dipamerkan pada tahun 2005. Penelitian sumber-sumber arca yang dilakukan di Indonesia pada masa lalu, digunakan untuk mempelajari arsip-arsip Kerajaan Singosari.
Garis Besar
Biografi sejarah yang ditemukan tidak ada dalam keadaan bersih. Berdasarkan penelitiannya, arsip-arsip nasional dan perpustakaan nasional ( Ikatan Seni Batavia dan Ilmu Pengetahuan) berupa satu orang, organisasi yang terstruktur. Organisasi tersebut meneliti biografi amat berbeda hasilnya. Peneliti merasa bahwa Ikatan Batavia, masih hidup di bandingkan organisasi Belanda lainnya. Orang Belanda menganggap bahwa keseluruhan arsip dan benda-benda sejarah mesti di bawa ke Belanda sebagai bukti bahwa orang Belanda telah mengunjungi Indonesia. Mengenai arsip-arsip Nasional yang tidak dapat ditemukan lagi tetapi ada beberapa arsip lengkap termasuk dokumen yang telah diteliti dan dibacanya.
Hans Corob menerima data-data tersebut di Leaden, Belanda dan perpustakaan nasional, di Jakarta. Beberapa arsip yang tidak ditemukan misalnya program pertama ikatan ( ide ikatan) di cetak sebanyak 1200 eksemplar, di Indonesia tidak ditemukan satu pun namun setelah dikirim ke Indonesia, tidak ditemukan lagi. Di London, terdapat beberapa dokumen ( hanya satu eksemplar), arsip VOC di Jakarta, dan Den Haag ( berisi arsip kolonial Belanda pada abad 17 dan 18). Perpustakaan nasional dengan berbagai koleksi dalam keadaan hancur sedangkan dalam bidang restorasi terdapat di perpustakaan nasional.
Karena adanya keinginan politik, dalam Ikatan seni Batavia, maka VOC ( pada abad 19 dan 20 ) tidak dapat dipisahkan dari situasi politik antara Perancis dan Inggris yang mempunyai ikatan dengan Batavia yang mendorong dan menolong dari cengkraman Rafless di Batavia.
Sedangkan yang mempelopori adalah Gubernur Jendral Randells Market yang mencari temuan dan data-data tentang wilayah Indonesia. Institusi di Eropa pada saat itu, sedang mengembangkan data-data wilayah di Indonesia, mereka berusaha mencari tahu bentuk topografi wilayah Indonesia.
Sejarah Ikatan Batavia erat hubungannya dengan ekspansi sosial yang kemudian mengirim orang ( pegawainya ) ke Indonesia termasuk Rafless. Dari perjalanan tersebut, Rafles memperlihatkan gambaran tentang wilayah Indonesia. Melalui ekspansi militer ke Bali pada abad ke-19 ( Belanda sengaja membuat peperangan dengan tujuan untuk mencari harta benda, pengetahuan tentang Bali) di Aceh juga ditemukan banyak peninggalan benda-benda peninggalan sejarah yang di dapat melalui harta rampasan perang.Ekpedisi penelitian besar terjadi di Sumatera yang bertujuan untuk mencari data-data dan informasi mengenai wilayah Sumatera.
Shared heritage adalah konsep yang dipakai oleh Hans Corob karena mempertimbangkan masyarakat Belanda yang masih menganut paham konservatif ingin mengetahui lebih lanjut tentang Indonesia, agar tidak mengundang banyak pertanyaan maka masyarakat konservatif di Belanda mau memperlihatkan benda-benda peninggalan budaya “ tempoe doeloe”.
Epilog
Memang benar bahwa dokumentasi sejarah itu telah dibawa ke luar negeri. Tetapi, amat disayangkan para peneliti dan sejarahwan di negeri ini akan kesulitan dalam menemukan rangkaian sejarah masa lalu. Oleh sebab itu, apakah para kolektor dari Belanda berkenan mengembalikan ketangan para pribumi yang masih ingin memahami sejarah masa lalu lebih men-detail.

Penulis adalah Mahasiswi Sastra Inggris, tergabung dalam Forum Lintas Ilmu (FLI),Labor Penulisan Kreatif (LPK), dan waka II MPM KM UNAND.

Artikel dah Dimuat dan lum dimuat

Romeo and Juliet



The play begins arguments between servants of the Capulet and Montague households in the square of Verona. It quickly develops in a battle involving Benvolio and Tybalt, as well as most of Montague and Capulet house holds. The battle is interrupted by the prince, who threatens both Capulet, and Montague with death if the two families flight again. Everyone except Montague, lady Montague and Benvilio Exit. The there talk about how Romeo has seemed very low on spirit lately, the Montague exit with the entrance of Romeo who then talks with Benvolio it seems that Romeo has been rejected by woman he loves Rosaline Benvolio tries to cheer up his downcast friend but is successful.
Paris has asked Capulet for Juliet hand in marriage Capulet says he will only agree if Juliet wants to marry Paris as well he invites Paris to the Capulet house that evening for their feast. Later in the streets of Verona a Capulet servants meets up with Romeo and Benvolio the servant has the guest list for the Capulet party but can’t read it. he asks Romeo for assistance, and Romeo learns that Rosaline will be there he and bevel make plans to go that evening to the lady Capulet discusses marriage with jolliest and urges her to consider Paris Juliet does not protest against her mother the nurse in the first of her comics scenes babbles on about love and marriage and the finer attributes of Paris. Mercutio Romeo and Benvolio are on their way to the Capulet house, this one of metrication’s finest scenes, in which he delivers a long and any mated monologue on queen mob. Romeo however is in no mood for metrication’s antic’s and remains downcast. At the party the trio disguised in masks quickly blend in with the festivities suddenly Romeo sees lilied in an instant he falls deeply in love with her his reverie is interrupted by tablet who has recognized him as a Montague he tries to engage Romeo in combat but is severely reprimanded by Capulet and is told to leave the party, Romeo speaks with the nurse and finds out jolliest name and that she is a Capulet when Romeo leaves the party jolliest sends the nurse after him. The nurse learns his name and that he is a mother.
Mercutio and Benvolio have lost Romeo on the way home, Romeo in another scene envision has hidden in the Capulet garden, hoping for another of jolliest. In the windows under which Romeo hides jolliest delivers a soliloquy about her love for Romeo comes out of hiding and professing his her, asks her to marry him this is one of Shakespeare’s most well known and loved scenes due its romance and beautiful language, the two are forced to part at daybreak when the nurse calls to Juliet from inside. The sitting shifts to fairs Laurence’s garden where he is early in the morning Romeo enters fresh from his encounter with Juliet he asks the friar to marry them. In hopes that marriage will heal the rift between the Montague and Capulet friar Laurence agrees we learn from a conversation between mercuric and Bevolio that tablet has challenged Romeo to a duel Romeo enters and he and Mercutio banter the nurse enters on an errand to Romeo her mission is interrupted by Mercutio who teases her to distraction until his exit beveled Romeo than gives the nurse a message for Juliet he wants to be married that afternoon at friar Laurence’s. The nurse returns to Juliet but does not give her the message from Romeo immediately. Instead she teases Juliet and plays on her impatience by complaining at length about her health Juliet finally gets the message from her and the plan is made she will meet Romeo at the friar’s. Romeo and friar Lauren wait for Juliet foreshadowing the tragedy to come the friar expresses his worry that Romeo may be acting too quickly however Romeo is too love stricken to feel cautious Juliet arrives and the pair are married.
Tybalt, his temper ablaze, searches for Romeo. He runs into Mercutio in the town square, and the two are almost at one another when Romeo appears. Tybalt tries to engage Romeo in a duel, but Romeo refuses. Mercutio attacks Tybalt and is killed. Romeo, in retribution, kills Tybalt. The people of Verona, including the prince, are now crowded in the square. When the prince hears the details of the flight, he exiles the newly married Romeo. The nurse tells Juliet of Tybalt’s death and Romeo’s subsequent banishment. Juliet gives her ring to the nurse and orders her to go to Romeo and tell him to meet her that night. Romeo is hiding out at friar Laurence’s. at the friar’s, Romeo has worked himself into a frenzy of grief that is not helped by the message from the nurse. The friars tell Romeo to get a hold of him self and proposes a plan, Romeo will see Juliet that night, then go to the city of Mantua until Verona is safe for him. Paris, lady Capulet, and Capulet discuss Paris plans to marry Juliet. While the Capulets are at first reluctant to give their approval so soon after Tybalt’s death, lord Capulet decides that the marriage shall take place in three days. it is morning in Juliet’s bedroom. Romeo and Juliet spend their last time together, enjoying the dawn. The nurse rushes in to warn them of lady Capulet’s arrival. Romeo hurries off. Lady Capulet enters and tells Juliet of her father’s plans for her to wed Paris. Capulet enters and is shocked when Juliet refuses to agree to his plan. He becomes enraged and threatens to throw her out. When he exits, Juliet turns to her mother, then the nurse, for comfort. Both refuse, and Juliet decides to turn to friar Laurence for help.
Before Juliet gets to the friar’s, Paris arrives and tells the friar of his imminent wedding to Juliet. The friar tries to get Paris to put the marriage off, but to no ayall. Juliet enters and is complimented at length by Paris. She manages to maintain her composure until he leaves, then she breaks down to the friar. The friar again proposes a plan: he will give Juliet a potion to take on her wedding night. It will make her appear to be dead for two days, after which she will reawaken. He says he will get word of the plan to Romeo, and Juliet agrees to it. When Juliet returns to her household, she apologize to her father for her previous disobedience and tells him she will marry Paris. Her father, excited by her agreement, decides to make the wedding date one day earlier. In Juliet’s bedroom that evening, the nurse and lady Capulet help prepare her for her wedding. Juliet finally gets them both to leave and is left alone. She readies herself to take the drug. Suddenly, doubts flash before her. What if the potion is truly poison? What if she awakens in the family tomb before Romeo finds her? Finally, after seeing what appears to be the ghost of Tybalt, she drinks the friar’s potion. The potion works. as the Capulets prepare for the wedding early that morning, Juliet lies” dead” in her bedroom. it is the nurse who discovers Juliet. She screams for help, and the Capulets, whit Paris and the friar in tow, rush in. their grief overwhelms them. The friar tries to ease their pain by saying it is god’s will, and she will be at peace in heaven. The household now prepares for a funeral.
Romeo’s servant meets him in Mantua and tells him news of Juliet’s” death” Romeo, who has not been informed of the plan for reasons we will discover letter, believes her to be truly dead. He sends his servant away and goes to an apothecary, from whom he buys a vial of poison. Friar Laurence has learned that his letter informing Romeo of the plan never reached Mantua. Realizing the potentially dire consequences of the miscommunication, he sets off for Juliet’s tomb. Paris at the Capulet tomb morning the loss of Juliet. Romeo enters, and Paris quickly hides and spies on him Romeo, meaning to open the tomb, sends his servant away with a letter to his father the servant however, stays to spy on Romeo as will as Romeo opens the tomb, Paris jumps out of hiding. Thinking that Romeo has come to vandalize the tomb of the Capulets. He challenges him to a duel in the light. Romeo kills Paris. Romeo then seem the still body of his love, Juliet. He delivers his final soliloquy, pledging his immortal love for her. He then drinks his vial of poison and dies. The friar enters the tomb and sees the bodies Romeo and Paris. Juliet awakes, and he tries to shield her from the sight of her dead lover. She sees the Romeo, however, and will not leave the tomb despite the friar’s urging. The friar then runs from the tomb, leaving her alone. Juliet sees the bottle of poison in Romeo’s hand, but there is none left. Outside, people are approaching. The takes Romeo’s dagger and stabs herself. The Montague, the Capulets, and the prince enter. We learn that lady Montague has died from the pain of her son’s fate. The friar steps forward and tells the story of Romeo and Juliet death, including his own part in their demise. Servants, as well as Romeo’s letter, verify his story. The prince, however, does not blame friar. Laurence, he instead blames the feud between the Capulet and the Montague, Capulets and Montague decide to end the bloody feud and erect statues of Romeo and Juliet in honor of each other’s families.

Bundo Kanduang yang Menangis
Oleh : Elsya Crownia

Nasi yang ditanak di dalam periuk yang terbuat dari tembikar tampaknya belum juga matang, sedangkan adik-adik sudah meregek meminta nasi
“ Bundo, lapar Bundo” kata Kemala meregek-regek
“Sabarlah, Nak, nasi diperiuk belumlah matang”
“Ya, Bundo kami mengerti akan keresahan dan galaunya hati Bundo” jawabku sambil menenangkan hati Bundo
“Nak, engkau baik-baiklah dirumah. Jaga adik-adikmu agar tak bermain di sembarang tempat. Sehabis makan ini Bundo akan pergi berjualan kacang goreng. Insya Allah hasil penjualan itu akan Bundo sisihkan untuk membayar uang sekolah engkau dan adik-adikmu” kata Bundo sambil mengikat erat karung kacang yang akan diperjual belikan di Pasar Simabur hari ini.
Hari-hari Bundo Saidah selalu diratapi dengan kesedihan, dan tantangan yang menghadang. Namun, jiwanya tetap tegar hadapi masa-masa yang sulit meskipun pahit.
Bundo Saidah, begitulah namanya. Dia seorang diri membesarkan anak-anaknya sedangkan suaminya Sutan Pamenan telah lama pergi merantau namun tak jua pulang apalagi mengirimkan uang bagi anak-anaknya. Bundo hanya mengurut dada menghadapi kenyataan hidupnya yang miris dengan luka dan air mata. Kala suaminya meninggalkan kampung halaman dan memutuskan untuk menjadi TKI di negeri seberang. Sejak saat itulah kehidupan Bundo berubah, bekerja keras memenuhi kebutuhan anak-anaknya mulai dari biaya pendidikan, makan, dan kebutuhan-kebutuhan lainnya. Bundo Saidah sangatlah alim mengajarkan ilmu agama pada anak-anaknya dikala Surau tak lagi menjadi tempat menuntu ilmu agama seperti dulu. Apalagi modernisasi dan globalisasi telah meracuni generasi muda. Bundo mengembleng anak gadisnya agar tidak terjerumus dengan fananya dunia.
Dengan berjualan kacang goreng, Bundo membesarkan kami berempat di sebuah nagari yang cukup makmur di daerah Batusangkar, nagari tersebut bernama Sawah Tangah. Ya, nagari yang dibatasi oleh nagari Sungai Jambu, dengan jorong Bulan Sariak, Parambahan.
Kadang, Bundo berjualan di Pasar Raya Batusangkar setiap hari Kamis. Kalaulah tidak berjualan kacang goreng dari nagari Sawah Tangah yang terkenal itu mungkin aku tidak akan sampai ke Padang untuk kuliah.
“Bundo, nasi telah matang marilah kita makan” kata Melati
Melati adalah anak kedua, dia gigih membantu Bundo menanak nasi, mencuci piring, bahkan membenahi adik-adiknya. Dia seorang gadis berjilbab dengan wajah tirus oval, kulitnya kecoklat-coklatan. Apabila mentari membias pada wajahnya ia akan tampak seperti Bidadari.
“Nak, hari ini kita hanya makan gulai pucuk ubi, dengan sambalado teri”kata Bundo
“tapi, Bundo tidak adakah kiriman datang dari Bapak?” Riani menimpali
“ Entahlah, nak sekarang Bapakmu sedang apa? Bundo juga khawatir terhadap Bapakmu kabarnya majikan-majikan mereka tega memukul dan menghantam mereka dengan benda apa pun” Bundo mengusap dadanya terisak-isak
“lalu bagaimana keadaan Bapak bundo” tanya Riani bersandar di dada Bundo
“itulah yang Bundo khawatirkan, nak “
“ kami sangat merindukan abak” kata kami serempak
Semenjak reformasi yang bergulir kehidupan masyarakat bukanlah membaik. Apalagi setelah koloni dengan ramah bernama kapitalis menjajah seluruh pelosok Ranah Minang. Tak kentara, sontak nasib rakyak pun berubah menjadi intrik yang tak berkesudahan. Begitu pula di nagari Sawah Tangah, kehidupan masyarakatnya memang kelihatan makmur. Makmur itu hanyalah diluar tetapi dijorong Supanjang masih ada ditemui fakir miskin mengandalkan hidup dari buruh tani dengan penghasilan yang tak seberapa. Begitu pula dengan kehidupan Bundo, yang berpenghasilan tidak seberapa.
Pukul 03:00 shubuh Bundo harus bersiap-siap menjajakan dagangannya ke Pasar Panjang, kebetulan hari ini hari Jum’at bertepatannya Balainya Pasar Padang Panjang. Umumnya, para pedagang yang berjualan di Pasar Padang Panjang datang dari Sungai Puar, Solok, Payakumbuh, Batusangkar. Barang yang diperdagangkan pun beraneka ragam mulai dari rempah-rempah, cabe, tomat, sayuran, atau kacang goreng.


Begitu pula dengan Bundo. Kalaulah untung maka dagangannya akan habis tapi kalau tak untung Bundo tidak berkecil hati. Namanya rejeki manusia ada pintunya masing-masing saat Sang Khalik menghendaki untung, ya, begitulah nasib yang ditentukan.
Tetapi, ada satu peristiwa yang amat menyesakkan dada Bundo kala mendengar berita bahwa TKI dari negeri seberang Malaysia tewas kecelakaan dari gedung tempat kerja. Bundo pun pergi mencari informasi tentang kabar abak namun, apalah daya tangan tak terjangkau. Uang ditangan pun telah habis untuk membayar uang sekolah Kemala sedangkan untuk mencari informasi ke Padang pun uang ditangan cukup untuk makan sehari. Namun, Bundo tak habis-habisnya berdo’a dalam tahajudnya semoga saja suaminya baik-baik saja. Menurut kabar yang dari Saman yang kuliah di Padang mengatakan bahwa tidak ada nama Sutan Pamenan.
“Sudah engkau cek ke Departemen Tenaga Kerja man, rasonyo hati etek ndak tanang do” Bundo mengusap permata-permata kecil dipipinya.
“Sabarlah, etek mudah-mudahan saja yang tewas itu bukanlah mak Pamenan” Sembari menasehati Bundo
“Itulah, tadi malam ambo bamimpi bahasonyo Uda Pamenan telah meninggal. Dia menghampiri ambo dengan wajah yang putih bersih bercahaya menghampiri etek”
Bundo terisak diantara ketidak pastian
“Sabarlah Bundo, mungkin itu hanya mimpi. Bukankah mimpi adalah bunga tidur “ hibur Saman pada Bundo
Semenjak itu Bundo berhenti bertanya apalagi membaca berita Bundo hanya berpasrah dan berdo’a dalam hati semoga suaminya tetap berada dalam lindungan-Nya. Hari demi hari di lewati dengan hari-hari yang berat hingga suatu hari tukang pos mengantarkan surat. Bundo pun penasaran ada apa gerangan kenapa tiba-tiba tukang pos datang menghantarkan surat padahal sudah lebih selama 2,5 tahun ini dia tidak pernah menerima surat dari suaminya Sutan Pamenan. Sambil tertatih menuju beranda kecil beratapkan daun padi. Bundo tertatih menghampiri tukang pos.
“Ada surat dari Sutan Pamenan” kata Pak Pos sembari memberikan surat
“Terima kasih, nak” jawab Bundo sambil berlalu dari hadapan Bundo
Hati Bundo berdebar-debar seakan-akan tidak percaya kalaulah ternyata suaminya masih ingat akan istri dan anaknya di kampung halaman. Dengan hati-hati Bundo membuka
surat seakan ada sembilu didada yang tak terungkap. Perlahan-lahan amplop surat dibukanya.

Assalamualaikum WW. Wb
Lewat surat ini, keadaan uda baik-baik saja di Rantau orang. Uda harap Saidah dan anak-anak baik-baik saja. Memang, hujan emas dirantau orang bukanlah benar adanya. Sekarang, kondisi Uda pun tak jelas dengan keadaan negara kita yang berkecemuk dan ambo pun tak ada kekurangan.
Oh, ya Saidah, selama ini ambo belum pernah sedikit pun mengirim uang untukmu dan anak-anak. Alhamdulillah, ini ada uang untuk membiayai pendidikan anak-anak pergunakanlah sebaik-baiknya.
Wassalam
Sutan Pamenan
Bundo pun menghitung sejumlah uang ringgit Malaysia itu tetapi Bundo tidak tahu sama sekali hendak dikemakan uang tersebut. Haruskah ditukar ke Bank dahulu, namun hari telah beranjak malam. Suara adzan maghrib dari mesjid Ridha pun melantunkan asma Allah dengan syahdu. Bundo pun pergi ke tapian mandi di dekat mesjid untuk berwudhu.
Usai sholat, Bundo pun menyiapakn makanan yang baru dibelinya dari warung tek Inah. Dengan hidangan demikian rupa seperti mie goreng, ikan goreng, dan gulai buncis. Melati pun terheran-heran, sembari dia bertanya
“wah, Bundo ada apa gerangan Bundo membeli makanan sebanyak ini. Padahal kondisi keuangan kita pas-pasan” terheran-heran menatap lekat wajah Bundo.
“Bersyukurlah nak, hari ini Tuhan memberikan rezeki kepada kita “ kata Bundo tersenyum mengulum dibibirya.
“memangnya! Abak mengirim uang ya Bundo” teriak melati di pintu kamar
“alhamdullilah, ternyata dia masih peduli pada kita nak” Bundo pun merangkul dan mencium kening anak bungsunya itu manja
“Asyik, kita makan enak!” teriak melati kegirangan
Malam itu seperti kunang-kunang pun ikut menari menyemai dalam keluarga di pondok kecil yang ditaburi dengan kehangatan kasih sayang. Setelah surat pertama datang hingga berturut-turu surat demi surat menghampiri rumah itu.

***

Ya, nasib memang tidak pernah berubah. Harga kebutuhan pokok pun semakin mahal belum lagi uang sekolah anak-anak yang hampir jatuh tempo. Tetapi, Bundo tetap tegar jalani hidup meski pun keadaan tidak dapat membuatnya untuk bernafas lega.
Namun, tiba-tiba tanah bergoyang dari permukaan tampak beberapa bangunan roboh di kala Bundo berjualan kacang randang di pasar padang panjang. Seluruh warga pun panik namun Bundo tidak dapat berbuat apa-apa. Dia hanya berdoa dan bibirnya berkomak-kamik berzikir.
Entah bagaimana nasib anak-anak dirumah apakah mereka baik-baik saja “ Ya, Allah lindungi anak-anak hamba” do’a Bundo dalam hati.Saat itu Bundo panik, hingga sore hari tak ada mobil yang berlalu lalang. Bundo sangat mengkhawatirkan anak-anaknya dan berita dari Radio bahwa pusat gempa berada di daerah patahan semangko Tanah Datar.
Bertambahlah kekhawatiran Bundo, bagaimana dengan anak-anaknya telepon pun tak ada dirumah. Tek Sani dari Solok terisak-isak mengkhawatirkan anak-anak dan mandenya. Saa itu gelap gulita, malam itu amat mencekam di Pasar Padang Panjang dan Bundo tak tahu harus berbuat apa-apa. Hingga situasi terkendali, barulah Bundo dapat bernafas lega.
Saat tiba di Lubuk Batang, Bundo melihat tenda-tenda berjejeran dan tidak tahu di mana anak-anaknya tinggal, makan dengan apa. Untunglah Mak Sani memberitahukan bahwa anak-anak tinggal bersama dengan Amai Ida selama dia terjebak gempa di Padang Panjang.
“Anak-anakku kalian sehat-sehat saja. Oh syukurlah ku kira kalian tidak terurus ternyata Amai Ida telah menjaga kalian” Bundo terisak sembari memeluk anak-anaknya.
“Saidah, kita seperti dua beradek kakak usahlah kau sungkan akan keadaan anak-anakmu” Amai Ida menasehatinya
“ Terima kasih banyak mai!telah menolong aku dari beban hidup yang tak dapat kupikul lagi”Bundo menyapu air matanya dengan kain Jawa yang masih lusuh
“ Tenangkan dulu keadaanmu, kelihatannya kau kumal sekali” Amai Ida menawarkan handuk dan air panas.
Bundo pun pergi kebelakang membersihkan tubuhnya yang kumal. Namun, gempa susulan terus menerus bergoncag hingga membuat jantungnya copot tetapi beginilah alam. Manusia semakin banyak berbuat dosa baik itu tua, muda, dan korupsi pun merajelala hingga keadaan membaik pun orang-orang hebat makin mempersulit keadaan dengan laptop-nya.
Pada tanggal 23 April 2007, tiba-tiba terdengar berita yang amat memilukan sampai ketelinganya. Sutan Pamenan ditemukan tewas kecelakaan dan mayatnya telah tiba di Bandara Internasional Minangkabau. Para pejabat yang menangani menyatakan bahwa agen yang bertangung jawab memngirimkan para TKI tidak mau bertangung jawab.
Mendengar kabar tersebut Bundo pun histeris dalam kecemasan pun bergelayu didada dan hanya rasa cemas yang menghanam jiwa. Entah, cobaan apalagi yang harus dihadapi Bundo, setiap ratapan tangisnya hanyalah pelabauhan yang tak berpenghuni.
Bundo, berusaha tabah hadapi kenyataan hingga ajal menjelang Bundo tetap berjuang menjadi kepala keluarga yang kelak akan mengantarkan anaknya ke haribaan cita-cita mereka.

Nagari Sawah Tangah, April-Mei 2007

Penulis adalah kelahiran Simabur, 28 Agustus 1984 tulisan yang telah dimuat berupa artikel di Padang Ekpres dan Singgalang. Sekarang aktif dalam Forum Lintas Ilmu (FLI), Labor Penulisan Kreatif (LPK), Fakultas Sastra, dan berkeimpung sebagai aktivis Waka II MPM KM UNAND /DPM KM UNAND Periode 2007/2008.

Monumen Cinta

Dia berjalan menyusuri lorong-lorong waktu yang tak lagi dia kenal, siapa dirinya. Menyusuri kehidupan diantara taman-taman hijau, seolah mencoba menghibur jiwanya yang gundah, bercengkrama dengan suara-suara yang tidak begitu dia kenal. Suara-suara itu seolah-olah memerintahkna dia untuk berjalan menyusuri waktu yang entah, sampai kapan akan diakhiri, ketika dia ingin mengakhiri dan melenyapkan luka-luka lama. Dia mengerti luka itu, yang selalu merobek-robek jiwanya. Telah lelah dia bersemedi diseloka jiwa seorang pemuda, dia berusaha untuk menyirami dengan bunga-bunga cinta. Dihiasi jiwa-jiwa yang serasa tak berarti dengan puisi-puisi indah, namun hanya diam, tanpa teguran yang mampu meyibak asa yang semakin lekat dengan kematian, ya kematian jiwa-jiwa yang menambakan bidadari, ataukah gedung-gedung yang telah disusun dalam alam mimpimu seakan memakan dirimu yang haus akan canda dan tawa. Kau hanya tertegun menyemai dan mereka-reka pikiran yang tidak ada di hadapanmu. Melepas lelah atau melepas seluruh dahaga jiwa yang tak terbentur dengan cinta, pada akhirnya engkau terlepas dari cinta yang merong-rong rongga napas dan kau berbapas sejenak, lalu merangkak kebalik kabut. Tapi, kau tetap berusaha untuk memahami kehidupan dibalik kabut yang kini sudah hampir setahun terbengkalai.
“untuk apa kau mengingatnya lagi”
“kau seharusnya, lenyapkan dan buang semua memori yang membuang engkau tak berarti apa-apa”
“ya”
Suara-suara itu selalu menemaninya, meskipun tidak dia temukan suara yang paling indah seperti hatinya.
“ya, kamu tahu, bukan kau masih mendengar suara hati itu”
‘satu’
‘dua’
‘satu, dua’
‘memang ada dua suara’
‘tapi, aku harus memilih suara yang mana?, satu, dua,’

***
Ya, satu, atau dua. Padahal, menurut pengajian yang aku ikuti suara hati yang pertama adalah suara hati nurani sedangkan yang kedua iblis menghasut jiwa-jiwa yang kelaparan akan dunia. O, betapa mengerikan sekali manusia. Menerawangi waktu, saat kumasih kecil, begitu banyak pantangan-pantangan bagi remaja. Ya, dahulu para pemuda-pemudi Minang itu sangat diawasi mamak dan keluarganya, baik laki-laki maupun perempuan. Kalau mereka berdua-dua ditempat yang sepi, ada mata-mata yang melaporkan ke wali nagari atau ninik mamak.
Pernah, ada satu nagari yang aku telusuri, disana begitu kuat peran mamaknya. Ya, saat itu aku masih kuliah lapangan, para ninik mamak dan pemuda kampung bercerita bahwa, nagari itu kalau ditemukan (kedapatan) berduaan hingga hari berganti pagi akan digiring ke kerapatan adat atau para ninik mamak membuat perhitungan antara kedua belah pihak laki-laki dan perempuan. Terserah, kapan mereka akan menentukan tanggal pernikahan. Ya, mereka seolah mengucilkan diri dari ganasnya zaman, namun, mereka yakin zaman ini begitu ganas yang melunturkan sendi-sendi dan norma-norma adat yang sudah begitu lama mereka pertahankan.
Ya, suara hati itu tetap mengalun, menuntun ditelingaku, aku coba menyumbat dua telinga, suara-suara itu seperti memberikan komentar yang lebih nyata dibandingkan suaraku.
Atau mereka-reka kejadian yang dialami diri yang lain, tak bernaluri, tak terpikir baik, buruk jiwa yang tak mengerti makna dan arti cinta. Ya, aku kembali mengingat suara-suara masa lalu, atau......aku berada dimasa lalu.
Aku telusuri lorong-lorong dimasa lalu, ataukah aku mampu menelusuri waktu lampau dengan mesin waktu, o, seakan aku ingin menerobos untuk berangkat kemasa lalu.
Ya, masa lalu itu masih direkam, meskipun layar dimasa lalu itu terlihat kabur, kusam, ya, aku hanya terdiam untuk sementara, mencoba berpikir akan keberadaan diri.
Ya, dia masih ingin mencari rekaman masa lalu. Dia berpikir, kalau di masa lalu itu masih ada cinta, sebuah monumen cinta yang utuh, bukan monumen itu, monumen-monumen disudut kota, membisu, tanpa ada kata-kata pasti.
Pernahkah monumen-monumen itu menangisi benda-benda, kitab-kitab yang sudah beralih tangan, kabarnya ada dimuseum Leiden. Dan, ada mahasiswa yang kewalahan mencari data-data masa lalu, dari file dan browsing yang selalu ditelusuri melalui dunia maya.
Dan...dan ia mencoba lagi berpikir...berpikir...lagi..lelah, lelah menghadapi dan mendengar dentuman-dentuman peluru atau bom
“duaaar...duaar”
“duaar....”
Wah, kepala ini pusing-pusing mendengar nada-nada yang tak beraturan, atau irama-irama Bethovenkah..Mozartkah...ahhh. aku benar-benar tak mampu mereka-reka senandung atau irama itu...dan tiba-tiba aku tertidur.
***
“sayang...bangun”
Ada suara yang menghampiri, tapi suara itu seperti aku kenali atau ini hanya mimpi. Aku mencoba mengusap-usap mataku, “o, aku berada dimana?” gumanku dalam hati.
“tenang, sayang lihatlah.....”suara lembut itu menatap wajahku begitu dekat. “Dia”, aku mencoba berpikir, berpikir lagi....mungkinkah ini hanya ilusi, atau bayang-bayang semu, atau apa yang aku pikirkan menjelang tidur, o..seharusnya aku berdoa. Agar mimpi buruk itu tak lagi mengelayut dikepalaku. Entah, kenapa suara-suara yang lembut itu muncul lagi, padahal itu hanyalah ilusi.
Suara-suara yang telah membangun monumen-monumen cinta dilubuk hatiku, itu pupus dan lenyap begitu saja. Ya, lenyap, entah kenapa suara-suara itu menyesakkan nafasku
“kau jangan terkejut, misteri-misteri itu akan terus mengiringimu”
“kenapa?”
“misterikah, atau hanya tebakan puzzle?”
“puzzle, kau hanya mengada-ada”
“tidak”
Suara itu sepertinya mengerti apa yang aku pikirkan, dan selalu terus begitu. Aku hanya menurut alur yang telah dituntun suara itu. Apakah itu benar?. Entahlah, kabarnya monumen itu telah dibangun sejak lama. Dimonumen itulah tersimpan kisah-kisah yang mengejutkan jiwa. Bangunan-bangunan itu dibangun atas cinta, kasih sayang kepada yang dikasihi.
Aku hanya menatap kosong bangunan persis seperti Taj Mahal itu. Cinta, cinta adalah kata indah, terucap dimulut para insani yang mencari cinta.


Kita kembali pada kisah para pencinta dahulu, yang mempunyai aturan, tentang landasan cinta yang dibangun.
Atau landasan itu kini telah roboh, roboh diterjang badai dan amukan nafsu sehingga, monumen kebanggaan itu kini mempunyai definisi masing-masing, ya, personal. Entahlah, jawaban yang membingungkan.
Bahkan, aku belum pernah merasakan cinta seindah sungai nil yang mengalir, Taman gantung Babilonia, Menara Eiffel. Bangunan itu pertanda cinta, manusia yang menjunjung tinggi cinta. Aku tetap berjalan, menyusuri bangunan-bangunan kuno. Bangunan itu, hanya jadi kenangan bagi para pencinta.
Namun, para pencinta telah menamakan dirinya menjadi republik cinta. Benarkah republik cinta?. Cinta-cinta yang direka dalam lirik, o ya aku ingat lagu Dewa. Didalam Republik Cinta ternyata ada laskar cinta, bersenandung pada gadis-gadis cantik.
Ya, aku harus bangun, harus bangun

Harus bangun dari mimpi yang semu atau dunia semu. Entahlah, aku tidak bisa merasakan cinta atau rasaku sendiri. Hanya menyepi dalam sunyi, diam tanpa kata. Meskipun jantungku masih berdetak, aku tidak tahu akan cinta. Kepalaku berdenyut, o, rasanya kepalaku ditusuk-tusuk benda, dadaku sesak.
Sudah terlalu lama, kisah-kisah yang dikisahkan oleh para pujangga cinta itu bersenandung dengan irama-irama mereka sendiri. Pop, Jazz, Klasik, atau musik padang pasir.
Irama-irama iti saling bercampur-baur, menunjukkan keberadaan diri.


***


Aku tak mengerti, remaja di negeri ini terlalu sibuk mencari cinta?. Cinta?, yang bahkan pasangan pencari cinta menghabiskan waktu menuai bumbu cinta ditepi laut, museum, mall, adalah kebanggaan bukan. Tapi, entah kenapa cinta itu semakin luluh, seperti monumen usang yang tidak berarti namun, tetap abadi. Benar, cinta itu tetap ada sampai akhir zaman, benar, cinta itu kekal bagi diri manusia .
Manusia mempunyai hati dan jiwa, yang tak lepas dari ketertarikan terhadap lawan jenis. Itu manusiawi, dan tidak ada seorang pun yang menentangnya.
Namun, seiring waktu pula, monumen itu runtuh oleh ego-ego yang meracuni cinta dan ketulusan itu menjadi suatu dokrin. Seolah, dunia ini hanya menyediakan cinta bagi pencinta. Cinta dunia, harta, dan wanita.
Cinta, lagi-lagi masalah cinta. Ada cinta yang berkuasa untuk menguasai dan mempengaruhi rakyat. Ketika para petinggi melakukan perjalanan sprituil dengan melakuka ziarah kemakam-makam keramat atau bertapa demi mendapatkan jalan keluar dari masalah bangsa yang sembrawut.
Monumen cinta akan negeri yang terbelit krisis, ditemani oleh nyamuk-nyamuk. Sontak, nyamuk itu mengigit kulit rakyat kecil. Cinta, apa arti cinta kekuasaan?.
Rakyat terbengkalai, para pengusaha menang sendiri, tak bisa makan seketika racun menyembul dari tanah, banyak para pengemis jalanan.
Cinta, lagi—lagi cinta adakah cinta?. Tidak—cinta itu telah musnah diamuk badai demontrasi rakyat, buruh, petani, guru---yang kelaparan karena tidak mampu membiayai anak sekolah, kuliah.
Apa arti cinta?---cinta tetap cinta buta---menerawangi setiap makhluk. Entahlah, begitu kuatkah kekuatan cinta itu. Namun, hanya satu kekuatan cinta, cinta pada-Nya.
“ya, benar”
“suara itu lagi”
***

Kembali aku berjalan didunia maya, kulihat cahaya, padang pasir, dan sebuah cahaya itu kembali menuntunku kejalan itu
“aku bahagia”
“aku ingin berbagi”
“tapi, kau kini berada didunia yang tidak kau kenal lagi

***

Lebih dua puluh tahun, cerita norma, adat, agama lenyap. Seiring teknologi, robot-robot yang datang sehingga, mengeringkan hati manusia yang terlalu terobsesi dengan cinta, dan terus menerus mencari cinta.
Mimpi itu akan mati, tapi ada tiga hal yang harus dilakukan manusia, berkembang, berkarya dan memuliakan Tuhan.
Berbicara dengan Tuhan dalam mimpi, Tuhan mendengar doa-doa itu. Ya, hanya ada satu media untuk berbicara dengannya. Dengan doa.

***

Dunia yang tercipta itu penuh dengan ketidak adilan, begitu banyak orang menderita, kelaparan......tapi hidup itu terlalu rumit untuk dimengerti, tentang cinta, masa depan, dan banyak ketidakpastian. Semua misteri
Manusia melangkah dengan dua pilihan, jalan benar atau salah. Terbelenggu dengan kesalahan membelenggu jiwa-jiwa. Kesalahan itu?kesalahan itu telah menguasaiku. Ketika melangkah ke jalan itu, tetap saja ada onak dan duri.
Monumen cinta itu, tetap berdiri meski tsunami datang. Kemekaran dan keagungan yang telah begitu lama lenyap. Ya, lenyapnya aturan adat, norma, atau pengawasan orang tua terhadap generasinya. Jiwa muda, jiwa yang bergelora memiliki rasa keingin tahuan tetapi, remaja-remaja tanggung itu hanya menghabiskan waktu berduaan tak terpikirkn apa akibat cinta?cinta, siapa pun berhak memiliki cinta. Tapi, haruskah karena cinta itu, anak-anak zaman itu merasakan panasnya api. Cinta, kebutuhan siapa saja
Jangan biarkan menara dibangun itu roboh sehingga, cinta yang dibangun itu roboh oleh hawa nafsu sehingga, masa depan pun ikut lenyap.
Hedonisme Kultural
Oleh : Elsya crownia


Peradaban manusia yang semakin pesat, teknologi yang semakin canggih, dan jiwa manusia yang semakin menggelora bagai gelombang tsunami menghadang Ranah Bundo. Ranah bundo tidak seperti dahulu lagi, kini Ranah Bundo telah berubah menjadi peradaban metropolis. Budaya yang berkembang bak deru pesawat jet. Pada tahun 1980 terlahir generasi Elvis Presley, tahun 1990 ada generasi junkies, dan tahun 2000 hingga sekarang lahirlah generasi hedonis dan generasi sinetron.
Hedonis tidak hanya berlaku untuk ABG ( anak baru gede ), tetapi juga kalangan tua. Kelihatan orang tua lebih nyentrik dibanding anak muda. Apa pun tren-tren masa kini pasti diikuti.Memang benar apa yang diungkapkan oleh orang tua-tua dahulu “ sakali aia gadang, tapian barubah” artinya masyarakat Minang menyesuaikan diri dengan zaman. Ibaratnya ini bukan sekedar gurauan di lapau tetapi, kenyataan yang kita melewati masa itu.
Secara etimologi, hedonis merupakan sikap hidup yang suka kemewahan, dan hanya mengutamakan kesenangan fisik semata. Hal tersebut dipaparkan oleh beberapa filsuf Yunani antara lain Democritus ( 400-370 SM ) memandang bahwa kesenangan merupakan tujuan utama hidup manusia. Tidak hanya kesenangan semata tetapi, juga meransang kemampuan intelek. Aristippus (395) menyatakan bahwa kesenangan merupakan salah satu yang dicari manusia baik itu kesenangan fisik, kesenangan panca indra hingga berupaya keras untuk mendapatkan kesenangan sebanyak-banyaknya. Seorang Hellenisme bernama Epicurus (341-270) memaparkan bahwa kesenangan merupakan norma, yang tidak hanya meliputi kesenangan jasmaniah semata tetapi juga kesenangan rohaniah. Pada Abad ke- 17 Jeremy Bentham (1748-1832) dalam bukunya “ An Introduction to Principle of Morals and Legislation” menyatakan bahwa alam mempunyai kecendrungan pada permasalahan, kepedihan, dan kesenangan. Hal tersebut mengacu pada baik atau buruk, sebab dan akibat yang saling berkolerasi. Menuntun kita melakukan, semua yang dinyatakan, semua yang dipikirkan. Semua berjalan sesuai rotasi yang menuntun.
Kehidupan masyarakat yang diwarnai budaya barat ( westernisasi). Terlihat bersiliweran mal-mal, potongan-potongan mode rambut, busana junkies, tanktop, aksesoris HP, dan mode-mode pakaian. Fakta menjawab bahwa tedensi manusia mulai menurun kearah budaya pop. Gejala ini menimbulkan homo signifikan yang malah akan jatuh ke pedangkalan kebudayaan. Jadi, seperti apa budaya Minang sekarang?. Budaya Minang kelihatan hanya berlaku saat upacara Pernikahan, Pengangkatan Penghulu, dan lain sebagainya. Itulah alam manusia berubah dan kebudayaan berangsur-angsur lenyap dimakan waktu. Di lain pihak perubahan sistem kebudayaan, politik, kekuasaan, fisik dan non-fisik. Sehingga, demokrasi pun jadi acuan utama. Seakan-akan teknologi mempersempit batas wilayah; membuat bumi semakin sempit. Perkembangan manusia yang embivalen menciptakan homogenitas budaya pop.
Kenyataan ini tak dapt dipungkiri, berkembangnya dunia periklanan dan dunia mode menyentuh di Ranah Bundo. Kita pasti menemui para ABG, Mahasiswa, dan masyarakat umum di mal-mal menghabiskan waktu mereka hunting mode pakaian, kosmestik, aksesoris, dan berbagai macam barang hingga mereka menjadi konsumerisme.
Televisi pun berlomba-lomba mengemas tayangan iklan dan dunia fashion untuk menarik minat masyarakat membeli produk-produk yang ditawarkan. Apalagi kalau lagi ada diskon besar-besaran pasti masyarakat berlomba-lomba membeli produk tersebut di Minang Plaza, Matahari, dan Plaza Andalas.
Tak ayal memang tradisi tersebut yang kelihatannya banyak menghabiskan uang, sehingga bertaburanlah budaya kapitalis. Apabila disikapi secara rasional, tedensi manusia zaman sekarang tidak hanya sekedar mengikuti perkembangan zaman tetapi juga berhubungan erat dengan gengsi, gengsi bila ada teman yang punya HP baru, pakaian tren terbaru dan lain sebagainya.
Modernisasi dan globalisasi memang membawa pengaruh bagi masyarakat di Ranah Bundo. Telah menyentuh berbagai aspek kehidupan baik itu kalangan masyarakat menengah bawah, kalangan elit apalagi. Budaya hedonis kerap digandrungi anak muda dan orang tua sehingga, peran mereka sebagai bundo kanduang, mamak, dan alim ulama terbawa dalam aspek ideologi hedonis. Kenyataannya, satu persatu peran telah tergantikan oleh iklan dan westernisasi.
Budaya dalam iklan dan berkembangnya mode membuat masyarakat terlarut dalam buaian yang tipis dengan makna dan filosofi hidup. Sekarang diri manusia tidak lagi memandang pemaknaan dalam kehidupan. Makna tentang hidup pun terabaikan seolah-olah iklan sebagai refleksi hidup masyarakat.Dunia mode punya pengaruh besar terhadap para ABG untuk mengejar kenikamatan duniawi semata seolah-olah hati mereka kering dalam pencapaian. Sehingga, manusia terjebak dalam pendangkalan hakiki hidup, tedensi manusia berubah 180 derajat dari peradaban budaya lokal.
Sosiologi memandang gejala tersebut berkaitan erat dengan mestizo culture yang ditandai dengan goncangan dan ketidakpuasan yang bercampur dengan harapan dalam meraih atau mendapatkan sesuatu baik itu berupa model baju, peralatan masak, maupun barang-barang elekronik. Dalam teori anomie budaya menerangkan bahwa suatu keadaan manusia dimana seseorang akan kehilangan pegangan terhadap baik dan buruk dalam masyarakat sebagai the way of life atau style of life yang berkaitan dengan ketidakmampuan penyesuaian diri antara unsur-unsur kebudayaan sehingga menyebabkan pudarnya nilai-nilai yang dijunjung tinggi dalam masyarakat yang disebabkan perubahan sosial.
Hakikat manusia sebagai makluk pemberi makna lewat sensitifas yang dilihat dalam masyarakat pun berkurang, manusia hanya mengandalkan bahkan mendewakan mode dan gaya hidup hedonis sebagai acuan agar tidak dianggap ketinggalan zaman. Posisi globalisasi dan modernisasi merupakan cara yang paling ampuh dalam pengendapan; dibahasakan dalam internalisasi.
Dimaksud dengan internalisasi disini dilalui dengan beberapa proses antara lain, budaya refleksi, perenungan, mempertimbangkan ( to consider ), disimpulkan melalui pengendapan kedalam hati nurani. Dalam keheningan yang berarti bukan menyepi atau mengasingkan diri artinya bagaimana kita sebagai generasi yang tinggal di Ranah Bundo menyikapi kehidupan yang beragam paham, ego, demi kemajuan hidup. Hal tersebut dapat dilakukan dengan mengikuti kegiatan yang tidak hanya menghabiskan uang demi idola-idola, jumpa fans yang menghabiskan tenaga. Cara yang terbaika adalah bagaimana kita menyikapi kompleksitas hidup dan pengaruh budaya pertelevisian serta bertebarnya mal-mal dengan sikap yang positif. Jangan hanya takut ketinggalan zaman, lalu kita mengikuti tren yang tidak sesuai dengan kehidupan seperti besar pasak daripada tiang, tentu saja hal tersebut tidak dapat dipaksakan. Haruskah generasi di Ranah Bundo mengejar sesuatu demi tren dan gaya hidup kaum elit?. Pertanyaan tersebut hanya bisa dijawab oleh pribadi masing-masing.
Elsya Crownia, Mahasiswi Sastra Inggris, Fakultas Sastra, tergabung dalam Forum Lintas Ilmu dan LPK








Komunitas Hijaumuda-kampus, Rabu-kamis-jum’at 08

Monday, April 21, 2008

Pendidikan dan Sekularisme
Oleh: Elsya Crownia*

Negara wajib memenuhi pendidikan Negara, namun tidak demikian halnya dengan negeri ini. Peran pendidikan dalam meningkatkan kualitas bangsa seakan-akan tersibak dalm kapitalis global yang menjdi penjajahan utama bangsa ini. Tak heran, makin lama tingkat kemiskinan di negeri ini semakin meningkat bahkan sudah melalui taraf yang amat memilukan. Anak negeri ini, begitu haus dengan ilmu namun sayangnya, ilmu hanya sebatas teori yang minim dengan bekal untuk masa depan bangsa. Suramnya, nasib bangsa ini seakan mengantarkan negeri ini sebagai bangsa yang paling tertinggal (khususnya dalam pendidikan) dibandingkan dengan bangsa lain di Asia.
Khususnya, dalam tataran kehidupan kampus. Kampus sebagai tempat pengembangan dan penelitian guna diberdayakan dalam masyarakat, masih belum menjanjikan manusia-manusia yang berkualitas. Bahkan, kampus dijadikan sebagai trensenter model-model pakaian dan gaya dan ironis, bila kita temui di sudut-sudut pelataran kampus mahasiswa hanya berbincang-bincang tanpa menganalogikan makna dan kegunaan ilmu. Pendidikan dalam kampus masih bertujuan untuk meraih prestise dan kemampanan hidup. Pendidikan bukan lagi sebagai tempat untuk menggali potensi yang kelak akan diamalkan dalam masyarakat. Bahkan, pengembangan diri dan pembentukan karakter mahasiswa sebagai agent of change dan agen social control tampak sangat minim. Yang bermunculan hanyalah orang-orang yang selalu bangga dengan hedonisticnya kehidupan kampus tanpa memperhatikan lingkungan masyarakat. Bukankah, mereka para intelektual seharusnya berpikir bahwa ilmu itu tidak untuk dibawa tidur atau menenteng ilmu hanya sebagai syarat skripsi atau kompre. Memang hal tersebut benar adanya, tetapi apabila kita hanya melihat satu sisi dalam pendidikan kampus dan akademik dari tahun ke tahun selalu berubah-ubah, nantinya akan berimbas pada mahasiswa itu sendiri. Ya, wajar bila kita temukan mahasiswa yang mengalami depresi dan struggle akibat beban dalam pendidikan yang cendrung menuntut dan bahkan tidak ada kebebasan bagi para mahasiswa dalam mengaktualisasikan diri.
Perguruan Tinggi, sebagai tempat persinggahan terakhir perlahan-lahan berubah menjadi neraka dan penjara. Sehingga, mahasiswa pun terbagi-bagi dalam kelompok SO (study oriented) mahasiswa jenis ini hanya berkecimpung dalam teori, namun kurang dalam penganalisaan yang dalam meskipun dari sisi akademik bagus, CBO ( cuek bebek oriented) adalah jenis mahasiswa yang selalu acuh tak acuh akan apa yang terjadi di dalam kampus dan universitas, fashion oriented merupakan mahasiswa yang selalu bergaya, karena tuntutan zaman bukan karena ilmu yang menuntut untuk bergaya, dan organisatoris merupakan mahasiswa yang peduli terhadap di lingkungan luar dan dalam kampus. Organisasi sebagai bagian dari soft skill berperan dalam aktualisasi, character building, achievement motivation, kelak akan memacu kreatifitas dan rasa percaya diri mahasiswa itu sendiri. Di saa mereka telah menyelesaikan pendidikan, maka tidak akan ada rasa canggung untuk bergaul dengan berbagai lingkungan.
Buah dari sekulerisme
Berbicara masalah sekulerisme maka sangat erat kaitannya dengan kapitalisme, pragmatisme, maupun materialisme.Dari paham tersebut telah beranak pinak berbagai macam pemikiran ataupun aturan yang menggejala dalam masyarakat. Ironisnya masyarakat tidak sadar bahwasannya pemikiran yang sedang teradopsi adalah pemikiran yang lemah dan busuk, yang tidak solutif terhadap permasalahan, atau bahkan malah menambah permasalahan. Hal ini karena paham tersebut menempatkan manusia sebagai sentral penetapan hokum bagi kehidupan dan di sisi yang lain telah menempatkan agama dalam ruang hampa tak berjnendela ataupun berpintu. Agama tidak lebih dari sekedar tradisi dan endapan sejarah masa lalu. Akibatnya terjadilah ketelantaran, ketrpurukan, kehampaan nilai dan keterbauran, disfungsionalisasi bahkan disintegratedness(ketidakutuhan). Dampak yang seperti itu terlihat jelas sampai era reformasi di tengah pembaruan politik, ekonomi, sosial budaya, hokum, serta pendidikan sekarang. Dari sisi IPTEK mungkin bisa dibilang telah mampu memberika jawaban problem riil peserta didik. Sementara agama tetap saja ditempaatkan dalam kungkungan terali besi tradisi. Agama (Islam) tidak pernah dipersiapkan secara serius dalam pembentukan SDM dan masalah ketenagakerjaan Sehingga ada ketimpangan antara ilmu-ilmu yang menjurus pada pekerjaan maupun pengembangan teknologi dengan pembentukan sikap mental spiritual serta pembentukan kesadaran akan hubungan yang harus dijalin dengan Allah. Konsekuensi logis yang nampak diantaranya:

• Fenomena kemiskinan, kedzaliman, penindasan, kebodohan dan berbagai macam bentuk ketidakadilan yang diiringi meningkatnya angka kriminalitas, kemerosotan moral dan semakin merambahnya berbagai jenis patologi social. Tingginya biaya pendidikan menyebabkan 4,5 juta anak harus putus sekolah. Krisis ekonomi yang tak kunjung usai serasa tak ada pangkalnya, bermuara pada meningkatnya biaya hidup. Tak jarang orang yang lemah imannya terdorong untuk melakukan potong kompas menempuh jalan criminal, atau yang lebih parah rela menggadaikan imannya. Budaya permisif yahng tidak membatasi hubungan pria dan wanita memberikan serta pornografi, telah meningkatkan angka perkosaan, aborsi, perceraian serta perbuatan asusila lainnya. Tuntutan feminisme yang digembar gemborkan acapkali membuat sebuah keluarga terbengkalai.

• Social live yang egoistic individualistic yang menempatkan individu-individu dalam ranah yang steril sama sekali dari kepentingn orang lain. Akibatnya sikap cuek terhadap apa yang terjadi dengan orang lain, meskipun satu aqidah yang akan terjadi.
• Sistem ekonomi yang kapitalistik, yang profit oriented, yang menjadikan tercapainya material sebanyak-banyaknya sebagai satu-satunya tujuan, tanpa peduli apakah usahanya halal atau haram, melahirkan persaingan yang tidak sehat, merubah yang halal jadi haram atau sebaliknya.
• Hedonistik Cultural live yang menjadikan budaya sebagi ekspresi pemuas nafsu jasmani belaka. Barat yeng menjadi kiblatnya.
• Gagalnya tatanan pendidikan yang materialistic untuk menciptakan generasi cerdas yang menguasai IPTEK sekaligus berkepribadian Islam. Malah yang ada adalah disturbance of self image (keguncangan citra diri) serta split personality (kepribadian yang pecah). Ada kesan yang kuat bahwasannya IPTEK adalah kawasan bebas nilai, sekalipun nilai agama. Pembentukan karakter siswa yang mempunyai kedudukan yang vital dalam membangun generasi baru justru kurang tergarap secaras serius. Pendidikan materialistic menimbulkan sebuah pandangan kepada sisawa bahwasannya semuanya bisa terukur dengn materi. Sehingga mereka berpandangan bahwasannya modal harus kembnali modal, dalam artian pengeluaran untuk pendidikan selama ini harus kembali. Kurangnya gaji maupun tunjungan terhadap guru, kualitas guru yang tak kunjung meningkat, tawuran yang tak kunjung selesai sudah layaknya sinetron berseri yang terus berulang tiap tahunnya.
• Kualitas SDM yang rendah, yang menempatkan Indonesia pada posisi 109 dari 174 negara. Pun demikian adanya dengan peringkat system pendidikan Inonesia. Dari 12 negara di Asia, Indonesia berada pada posisi paling buncit, dengan kata lain kualitas system pendidikan Indonesia terjelek di Asia (The Political and Economic Risk Consultancy, 2001). Belum lagi akhir-akhir ini muncul polemic baru berkenaan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 61/1999 yang intinya mengharuskan perguruan tinggi negeri (PTN) menjalankan praktik otonomi --terlepas dari berbagai kebergantungan terhadap pemerintah-- diberlakukan pada 2000. PP itu disebut-sebut kalangan birokrasi pendidikan tinggi sebagai terobosan manajemen dengan menyapih PTN, yang selama ini merupakan instansi pemerintah, menjadi sebuah independent administrative entity (entitas administratif yang mandiri). Entitas itu kemudian disebut sebagai Perguruan Tinggi Badan Hukum Milik Negara (PT-BHMN). Konsekuensi logis dari kebijakan ini adalah semakin sulitnya bagi kaum yang tak berada untuk mengakses pendidikan perguruan tinggi. Tidak menutup kemungkinan akan menambah sedikit prosentase siswa yang melanjutkan ke jenjang PT.
Poin-poin di atas hanyalah sebagian dari berbagai masalah yang dibidangi oleh sekulerisme, yang sebenarnya antar permasalahan yang satu dengan yang lain itu saling terkait. Sehingga bisa dikatakan bahwa negara ini sedang mendapat problem yang sistemik.

* Penulis adalah mahasiswi Sastra Inggris, bergiat dalam Forum Linas Ilmu dan Labor Penulisan Kreatif, Fakultas Sastra, Universitas Andalas.