Thursday, March 13, 2008

Teknik Menulis

Menulis buah pikiran pada media massa merupakan suatu seni komusikasi antara gagasan penulis terhadap orang lain melalui media yang bersifat massa. Gagasan yang dituangkan bersumber dari referensi-referensi yang tersimpan dalam memori penulis.
Di lain sisi, penuangan gagasan diatas kertas memerlukan pemikiran ekstra. Karena tulisan atas gagasan ini tidak hanya dibaca oleh dirinya sendiri, melainkan dibaca juga oleh publik yang terdiri dari berbagai macam tingkatan masyarakat dengan berbagai tingkat pemahaman hingga latar belakang sosialnya.

Maka diperlukan suatu teknik penulisan gagasan yang dapat meminimalisir terjadinya pembiasan interpretasi dan friksi-friksi pada pemahaman atas sebuah gagasan yang telah ditulis. Pada tulisan ini, penulis akan lebih banyak membicarakan teknis penulisan pada media massa yang bersifat sains agar berkesan hidup dan mudah dipahami pembaca. Agar tulisan yang dipublikasikan dapat diterima di berbagai kalangan, misalkan esai astronomi Stephen Hawking (“A Brief History of Time”) bisa dinikmati seperti sebuah novel, maka paling tidak syarat-syarat berikut dimiliki penulis untuk mendukung apresiasi penulisan atas gagasan yang dimilikinya.

Pertama, yaitu adanya keinginan dan ketekunan dari penulis. Akibatnya penulis akan memperbanyak membaca buku, mengadakan pengamatan, bahkan melakukan eksperimen untuk membuat tulisannya semakin berbobot dan lebih meyakinkan pembaca. Maka hendaklah penulis terlebih dahulu memelihara rasa keingintahuannya sendiri atas suatu masalah dan mencari solusinya.

Kedua, yaitu kesedian berbagi dengan orang lain. Sebagai insan akademik, tingkat keilmuan masyarakat disekitarnya merupakan tanggung jawab secara moral. Maka bahasa sederhana dengan meminimalisir istilah-istilah dan jargon yang khas pada bidangnya mempermudah dalam sharing dengan orang lain. Penulis tidak mudah puas tulisannya hanya dibaca oleh kalangannya sendiri. Apalagi masyarakat saat ini merasa ilmu pengetahuan sudah tidak eksklusif pada kalangan tertentu.

Ketiga, yaitu adanya kepekaan dan keterlibatan dalam sosial. Akademisi haruslah tanggap dan peka terhadap permasalahan yang muncul disekitarnya. Permasalahan dipandang sebagai prospek yang membidani munculnya gagasan-gagasan brilian.

Keempat, yaitu adanya kekayaan bahan. Semua yang dilihat, dirasakan dan didengar merupakan inspirasi dan referensi dalam pendukung penulisan gagasan. Maka tidaklah seorang matematikawan hanya bergelut dengan buku Kalkulus atau Aljabar saja bagai “berkacamata kuda”, tetapi juga membaca komik hingga buku filsafat pun dilahap juga.

Kelima, yaitu kemampuan seorang pendongeng (storyteller). Isi dari tulisan yang dibuat hendaklah meniadakan unsur menggurui pembaca. Hal ini dapat mempengaruhi jiwa pembaca dalam mengaprsiasi isi tulisan. Cara berkhutbah yang baik adalah tidak berkhutbah.

Setelah kelima syarat tersebut dipenuhi, maka untuk melangkah pada jenjang berikutnya dalam penulisan lebih mudah. Hanya membutuhkan sedikit polesan dalam teknik penulisan gagasan yang ingin ditorehkan diatas lembaran.

Pertama, yaitu tulisan bersifat aktual. Aktualitas tulisan merupakan hal terpenting pada media massa. Tulisan untuk hari ini belum tentu menjadi panduan di hari esok, misalnya koran. Dalam waktu satu jam setelah dibaca, koran dapat menjadi pembungkus barang atau malah menjadi alas untuk duduk.

Pemilihan tema yang cocok dan up to date membuat editor dari media massa yang bersangkutan akan diprioritaskan untuk dimuat. Tema yang telah lama bisa dimasukkan asalkan pada saat tersebut merupakan tanggal peristiwa yang bersangkutan terjadi. Sebagai contoh adalah tanggal kelahiran seorang tokoh besar atau tanggal kejadian sebuah peristiwa penting.

Kemampuan dalam menarik “benang merah” antar-referensi tersebut merupakan hal terpenting dalam pemunculan ide yang belum terpikirkan oleh orang lain. Semakin bersifat unik, maka gagasan tersebut semakin menarik.

Ada banyak cara untuk mencari inspirasi tema yang akan dibuat. Misalnya dengan berjalan-jalan ke suatu tempat, sedang di warung kopi, sedang berbincang-bincang dengan orang lain dan lain-lain. Intinya tema bisa ditemukan jika kita mampu menangkap potensi di alam sekitar kita serta kritis dengan apa yang di lihat, didengar dan dirasakan. Hal ini sesuai dengan syarat ketiga dan keempat yang telah dibicarakan sebelumnya.

Setelah menentukan tema bisa menentukan judul dari karangan, walaupun judul bisa dibuat setelah membuat tulisan tergantung dari kebiasaan dari penulis. Judul dibuat dengan singkat, padat, provokatif dan mencerminkan isi dari karangan yang dibuat, serta menarik. Judul merupakan penarik pertama atas keinginan pembaca untuk membaca tulisan yang dibuat.

Isi karangan terdiri dari beberapa paragraf yang dapat dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu paragraf pembuka, paragraf inti dan paragraf akhir. Paragraf pembuka berisikan abstraksi dari karangan yang akan dibuat. Isinya singkat, bahkan bisa diisi oleh satu kalimat. Kalimatnya bisa memakai kutipan dari orang terkenal atau ilustrasi dari dari sebuah peristiwa. Paragraf ini merupakan penuangan gagasan yang dipilih. Bisa berupa paragraf deskriptif, naratif ekspositoris, argumentatif atau persuasif, atau campuran dari jenis paragraf yang telah disebutkan. Penggunaan jenis paragraf tersebut disesuaikan dengan tujuan dan situasi yang akan diungkapkan penulis. Sedangkan paragraf akhir berisi simpulan dari isi karangan. Dapat juga digunakan sebagai jeda bagi pembaca untuk menunggu tulisan selanjutnya, menimbulkan suatu kesan terhadap pembaca dan membuat pembaca ingin membaca literatur yang digunakan.

Untuk mempermudah pengembangan konsep tulisan, penulis bisa menggunakan sistematika penulisan dengan membuat pikiran pokok dari tiap-tiap paragraf yang akan dijabarkan. Hal ini sangat membantu agar pokok pembicaraan tidak berjalan acak.

Paragraf mencerminkan langkah-langkah untuk menjelaskan pendapat, atau argumentasi. Sub judul kecil akan sangat membantu pembaca merangkum dengan cepat. Perlu diingat bahwa artikel di media massa bukan uraian akademis maka dibayangkan pula pembacanya bisa menjangkau semua lapias. Editor rubrik artikel ini sadar akan bayangan mengenai pembacanya ketika menerima sebuah artikel.

Kedua, yaitu ringkas dan jelas. Ringkas artinya pembahasannya mengenai sebuah topik dilakukan secara garis besar, tidak sampai detail. Rincian angka atau teori yang teknis tidak perlu dibahas apalagi kajian mengenai teori yang berbeda-beda. Jelas artinya tulisan itu mencerminkan judul. Hal ini akan membuat pembaca tetap setia membaca dari awal membuka hingga titik terakhir dari tulisan yang dibuat.

Ketiga, yaitu memperhatikan panjang dari karangan. Sebuah tulisan di surat kabar biasanya berkisar antara empat sampai lima setengah halaman A4 dengan format dua spasi. Empat halaman sudah dianggap cukup tetapi lebih dari enam halaman dianggap bisa terlalu panjang. Ketentuan ini tentu tidak kaku tergantung kondisi pembahasan artikelnya apakah memang sangat menarik perhatian pembaca.

Kelima, yaitu tentang gaya tulisan dan format penyajian . Gaya tulisan sangat mempengaruhi perhatian pembaca untuk memahami isi dari karangan yang dibuat. Gaya tulisan ini bergantung dari pengembangan dan improvisasi penulis.

Keenam, yaitu melampirkan CV pribadi. Melalui CV ini editor akan mengetahui pribadi penulis dan kepakaran penulis. CV ini juga sebagai bukti identitas kita dan salah satu parameter pemuatan tulisan yang dibuat untuk dipublikasikan. Karena media massa juga menjual nama dan gelar dalam marketing plannya.

Dari sekian banyak langkah-langkah yang digunakan untuk menulis di media massa, langkah-langkah diatas tidaklah kaku. Dengan kata lain langkah-langkah diatas dapat diimprovisasikan sendiri oleh penulis. Semua langkah-langkah diatas hanyalah untuk mensistematiskan pekerjaan kita untuk menulis. Jika pada salah satu poin di atas dirasakan kurang relevan menurut penulis, maka tidak ada salahnya langkah tersebut dilewati.

Sebagai penutup, inti dari penulisan di media massa adalah semua pencurahan gagasan yang ada pada diri penulis. Gagasan tersebut merupakan hasil dari pemikiran yang mengkaitkan segala pengetahuan yang dimiliki oleh penulis. Adanya proses berfikir, yaitu “berbicara dengan dirinya sendiri di dalam batin” (Plato, Aristoteles); mempertimbangkan, merenungkan, menganalisa, membuktikan sesuatu, menunjukkan alasan-alasan, menarik kesimpulan, meneliti suatu jalan pikiran, mencari bagaimana berbagai hal berhubungan satu sama lain, mengapa atau untuk apa sesuatu terjadi, membahasakan suara realitas. Serta mengkomunikasikan antara pembaca dengan penulis dengan meminumkan gangguan-gangguan berkomunikasi sehingga terjadi komunikasi yang efektif.

-dari berbagai sumber-

No comments: