Tuesday, April 8, 2008

CeRiTaNaK

Manusia Es

Oleh :Elsya Crownia

Sebelum bumi ini dihuni oleh manusia,dahulu hanya gundukan es dari benua artik dan antartika. Kala itu, ada sebuah kehidupan dibawah benua antartika. Kabarnya, mereka hidup ribuan tahun, diatas dinginnya es. Dunia itu bernama, kapuchea..Penduduk kelopakan hidup berkelompok, rumah mereka seperti gundukan es diatas es, mereka bertahan dengan berburu penguin.

Kepala suku kapuchea mempunyai anak bernama Ramsa yang terampil berburu penguin, sedangkan ia berteman dengan Derlamso. Ia hidup didalam rimbunan es yang berbulu lebat, dan menghangatkan tubuh. Ramsa bertubuh tegap dan gelap dipipinya ada cat berwarna putih, sebagai lambang bahwa ia anak kepala suku.

Derlamso anak yatim piatu, sebenarnya dia bukanlah sepesukuan dengan Ramsa. Namun, penduduk didesa kelopakan sepakat untuk menampung dia disini.konon kabarnya, orang tua Derlamsa tewas akibat gas beracun dari dunia luar, benarkah?. Ini masih saja tergiang dikepalanya.

Kehadiran Derlamso ditengah keluarga kapuchea, sangat menghibur Ramsa. Apalagi Ramsa sangat mendambakan seorang kakak.

***

Suatu hari, mereka berdua bermain bersama-sama. Derlamso bertubuh kekar itu menuntun Ramsa ke bukit, diatas bukit itu mereka dapat melihat perkampungan kapuchea.

“Wah, indah sekali “

“ya, teman”

“kamu sering bermain kemari Derlamso”

“ya, waktu aku kecil”

“oh,, benarkah”

Mereka berdua berdiri, memperhatikan pemandangan dikampung kapuchea. Diatas itu terlihat jelas bangunan-bangunan seperti segi tiga yang tersusun rapi, ada rumah yang berbentuk bola, setengah lingkaran, dan berbagai bentuk rumah.

Di puncak gunung itu seakan-akan dunia begitu lapang. Ya, mereka dapat menikmati kelembutan angin, dan mengambil setangkai bunga tirus. Bunga tirus itu berwarna putih, ditengahnya seperti kerucut, wangi sekali. Meskipun tidak banyak ditemukan bunga yang beraneka warna, tetapi konon kabarnya bunga itu bisa menyembuhkan penyakit.

“Ramsa, kita petik beberapa tangkai bunga saja”

“baiklah, kamu yakin ini akan berguna”

“tentu, aku pernah melihat ayah, menghaluskan bunga ini”

“benarkah”Ramsa menoleh ke Derlamso

“ya, begitulah”ujar Ramsa menatap dalam pemandangan yang begitu lekat dengan pupilnya.

Matahari perlahan-lahan menyusup dibalik gunung, Ramsa dan Derlamso menuju kampung kapuchea, mereka melewati lembah, sungai, dan air terjun. Wah, ternyata air sungai memanggil-manggil mereka

“hei, kalian singgah dahulu”sahut peri sungai

“ada apa peri sungai....kami harus segera pulang, orang tua kami sedang menunggu kami dirumah.”

“Cuma sebentar”desak peri sungai

Mereka perlahan-lahan mendekati peri sungai. Dan beberapa hanya beberapa detik mereka tertegun.

“lihatlah”kata peri sungai sambil menjulurkan tangan kearah mereka, tiba-tiba guci kecil muncul “simpan ini, suatu saat kalian akan membutuhkannya”nasehat peri sungai.

“Baiklah”sahut Ramsa dan Derlamso hampir serentak.

***

Hampir satu bulan, mereka tidak pernah bermain dipuncak gunung kapuchea. Ya, setelah mereka memetik beberapa tangkai bunga tirus. Tapi, guci yang diberikan peri sungai itu untuk apa?, Ramsa selalu bertanya-tanya dalam hatinya. Tiba-tiba, es di benua antartika mencair. Menurut kepercayaan masyarakat di kampung kapuchea, kalau es tiba-tiba meleleh itu berarti raksasa dari gunung es mengamuk.

Kepala suku dan para penduduk menyiapkan upacara untuk menolak raksasa es, namun seluruh usaha mereka sia-sia. Karena tidak ada seorang pun yang mampu bertarung melawan raksasa dari gunung es penguasa antartika.

***

Ramsa dan Derlamso pun mengajukan diri untuk melawan dan membendung raksasa es agar tidak mencair. Mereka berdua berjalan menyusuri lembah, bukit-bukit terjal, dan semak belukar. Dalam hati, tersembunyi tekad untuk menyelamatkan penduduk kampung kapuchea.

Tiba-tiba, ditengah perjalanan diantara pohon kaktus dan mahoni. Muncul sesosok makhluk yang sebelumnya belum pernah mereka kenal.

“hai, teman...kamu berasal dari mana?”tanya Derlamso

“aku dari kampung frezo”jawab makhluk itu ramah

“perkenalkan namaku Freezie, aku diutus oleh Ratu penguasa benua antartika untuk menolong kalian berdua menaklukkan Raksasa Dozio”

“ooo, jadi raksasa itu bernama Dozio”sahut Ramsa sambil mengusap kepala

“Tapi, berkenankah kamu mengantarkan kami ke puncak gunung itu”

“baiklah”ujar Dozio

Ditengah perjalanan, tidak sedikit badai es menghadang mereka. Bahkan, semakin mereka mendaki puncak gunung itu, es akan semakin dingin.

***

Sampai dimulut gua, banjir besar menghanyutkan tubuh mereka, manusia es mencoba menghadang aliran air es itu dengan tangannya sehingga, air itu membeku perlahan-lahan. Napas Ramsa dan Derlamnso terengah-engah, mereka mencoba mengatur napas. Sayup-sayup, suara bening itu muncul, namun tidak ada seorang pun selain mereka bertiga. Suara itu berujar” lemparkan guci tepat kemulut raksasa, lakukanlah segera”perintah suara itu, “benarkah, itu engkau peri sungai”Ramsa bertanya penuh dengan tanda tanya. “Ceee..pat, Ramsa. Kita sudah tidak punya banyak waktu lagi, lemparkan guci itu”teriak Derlamso.

Ramsa melemparkan guci itu, dan perlahan-lahan air es itu tidak meleleh lagi dan tidak akan membanjiri kampung kapuchea, mereka bertiga bersorak gembira. Akhirnya Ramsa, Derlamso, dan Frezio berteman untuk selamanya.

Komunitas Hijaumuda

No comments: