Sunday, March 16, 2008

Denting Waktu

Pukul 18.58, berjalan bersenda gurau menuju keramaian pasar,
Melintasi emperan para pedagang kaki lima,
Ditengah kebisingan kendaraan beroda empat,
Bermandikan keringat, menuju angkot hijau,
Duduk terpaku, kelelahan,
Seketika kualihkan pandangan,
Pada sepasang muda-mudi yang saling bercengkrama,
Memadu kasih,
Yang lain, ada yang duduk membisu,
Atau berdesak-desakan dengan penumpang yang baru masuk,
Tubuh sang pemuja cinta, merapatkan tubuh pada kekasihnya,
Lalu,
Aku tiba-tiba menerawang masa lalu,
Dan menertawai kebodohanku,
Lalu,
Dua hari yang lalu, es yang membeku ,
Mencair seiring berjalannya denting waktu,
Panas hati,
Sudahlah,
Lebih baik, lupakan waktu yang berlalu

Padang 2008

Pukul

19.35, kusudahi perjalananku,
Menerobos kebisingan,
Dan melalui cahaya,
Ditengah ramainya,
Suasana
20.22, kulalui jalan sunyi,
Ditengah cahaya temaram,
Ku telah tiba, dipersinggahan,
Lalu,
Terduduk dengan tubuh yang masih,
Berkeringat,
Lalu,
20.55 kutorehkan salam
Untuk sahabatku
Di negeri seberang,
Dan kemudian,
Kami saling berbalas,
Pesan,
20.51 tubuhku telah disirami
Air yang menyegarkan,
Lalu,
Aku menuju ruang makan
Yang terhidang makanan
Apa adanya

Padang 2008
Eureka!

Eureka!
Ku temukan jalan yang
Begitu ku raba-raba
Terlihat, seberkas cahaya

Aku ini seperti

Aku hidup seperti jamur yang menempel dimusim hujan,
dan terkikis saat erosi datang,
tanpa ada yang peduli,

Perjalanan Burung Merpati

Burung merpati itu telah dilepaskan dari sangkarnya,
Bebas melihat dunia luar,
Meski harus singgah dari satu pohon ke pohon lain
Dia tidak peduli dengan musim,
Hanya dia takut badai dan musim dingin,
Dia bingung?
Mencari perlindungan
Dan tiba-tiba
Sayap-sayap yang melekat ditubuhnya
Rontok,
Lalu mati,
Sia-sia,

Cermin

Ku berkaca di depan cermin,
Kulihat,
Telah retak berkeping-keping

Padang 2008





No comments: