Tuesday, May 13, 2008

Artikel

Ada Apa Dengan Kancil?
Oleh: Elsya Crownia*

Dongeng sebelum tidur,
Ceritakan indah,
Biarku terlelap,
Mimpikan yang indah,
(Dongeng sebelum tidur, wayang)
Mungkin kita ingat pada era 90-an lagu ini dipopulerkan oleh grup musik Wayang. Lantas, apa yang menarik dalam lagu “Dongeng Sebelum Tidur” yang mengambil kancil sebagai lakon, sebagai pahlawan. Bukan karena persoalan tidak ada tokoh lain --- sehingga terkesan kurang kreatif, melainkan juga mempertimbangkan faktor kultural ke-Indonesiaan secara menyeluruh. Dalam budaya Indonesia sang kancil digambarkan sebagai binatang yang cerdas, lincah, dan cerdik sehingga telah terekam dibenak anak Indonesia, dari generasi ke generasi, mulai dari zaman buyut hingga zaman canggih dan serba modern ini. Wajar, bila lagu yang dilantunkan oleh grup musik Wayang mampu meraih pangsa pasar.
Perlu direnungkan bersama-sama adalah perihal atas keidaksadaran kita mengenai ada hubungan erat antara dongeng dengan mentalitas bangsa. Bagaimanapun dongeng akan mempengaruhi perkembangan karakter dan sikap generasi penerus bangsa, khususnya anak-anak. Padahal, anak-anak ini nanti akan meneruskan estafet kepemimpinan bangsa.
Yang perlu diingat, dongeng “Kancil dan Pak Tani” mempengaruhi sikap generasi muda saat ini. Misalnya kita menemukan begitu banyak persoalan yang menimpa generasi muda mulai dari perjudian, geng motor pembawa masalah, narkoba, tindakan kekerasan, korupsi, dan lain sebagainya. Pun menyedihkan sekali, penulis membaca buku pelajaran Bahasa Indonesia yang memaparkan kisah-kisah mistis atau cerita binatang cerdik dan licik. Hal ini akan mempengaruhi psikologis anak. Tak ayal jika mereka menjadi lemah, mudah putus asa, dan licik demi meraih sesuatu. Buku-buku yang dibacakan oleh orang tua, dan guru kepada anak-anak dari waktu ke waktu secara tidak sadar mengandung n-Ach atau bukan. Nah, itulah yang menjadi pertanyaan. Apa sebenarnya n-Ach ini?. Baiklah, penulis akan memaparkannya lebih lanjut. Dalam artikel David McClelland “The Need For Achievement” kalau diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia artinya kebutuhan untuk berprestasi. McClelland mempersoalkan mengapa pelbagai bangsa memiliki karakter yang berbeda-beda, bahkan bertolak belakang satu sama lainnya; ada bangsa tertentu yang rakyatnya maju; ada bangsa yang suka bekerja keras, ada juga yang suka bermalas-malasan. Lalu McClelland mengambil sampel bangsa Spanyol dan Inggris pada abad ke 16. Kalau dilihat dari perkembangannya, Inggris lebih maju, sementara Spanyol mengalami kemunduran. Mengapa?, lalu McClelland mencoba terus mengkaji namun tak juga menemukan jawaban. Akhirnya, ia mengambil satu sampel yang tidak pernah diteliti orang lain. Apa?. Ternyata dongeng, ya, dongeng yang telah diteliti dari Spanyol dan Inggris, mulai dari perjalanan nakhkoda kapal, penguburan, cerita epik. Menurut McClelland, dongeng Inggris memiliki n-Ach (need for achievement) sehingga, dari segi ilmu pengetahuan dan ekonomi mereka maju. Berbeda dengan Spanyol, ternyata unsur n-Ach tidak ditemukan sama sekali. Unsur n-Ach itu terdiri dari tiga yaitu: optimisme yang tinggi, keberanian untuk mengubah nasib, dan sikap pantang menyerah. Artinya, si pendongeng atau tukang cerita tidak hanya memaparkan cara mengapai keberhasilan dengan mudah, tetapi bagaimana untuk meraihnya, apa yang harus diusahakan.
Misalnya, kita coba mengambil hikayat “King Arthur and His Knight” yang memaparkan filosofi kehidupan dalam kutipan kalimat “seorang ksatria itu tidak hanya dilihat dari kemampuannya.” Kalau dilihat dari unsur filosofis dari sepenggal kalimat yang telah menjadi jargon dalam kehidupan sehari-hari, mampu merasuki para audiensi, sehingga menunjukkan pada anak-anak agar mampu mengubah pandangan tentang hidup dan kehidupan. Tidak hanya mampu mencokol nilai-nilai moral, tetapi bagaimana upaya unuk membangkitkan semangat anak-anak untuk menjadi lebih baik dan lebih berprestasi. Dan pesan moral yang disampaikan dalam cerita itu tidak harus menitik beratkan pada kisah “pada zaman dahulu” atau kisah yang membuat mereka senang membaca atau mendengar. Karena, unsur dalam cerita itu dengan sendirinya akan mempengaruhi sikap dan karakter mereka sehari-hari.
Kalau anak-anak hanya diceritakan tentang hal-hal mistis atau berbau khayalan itu tidak cukup. Tetapi, makna dalam cerita yang mengandung kata-kata indah. Dalam Arthur and His Knight, Merlin dikenal sebagai sosok yang bijaksana dan selalu suka memberi motivasi Raja Arthur dalam mengemban amanat sebagai pemimpin. Arthur pun berupaya untuk menjaga kepercayaan rakyat dan berusaha membantu dan menyelesaikan seluruh permasalahan yang dihadapi kerajaan.
Dan contoh lain, yang juga memaparkan kisah yang hampir sama dengan “King Arthur and His Knight” terdapat dalam film “The Mighty” yang mendapatkan penghargaan pada festival film pada tahun 1999. Film ini mengisahkan tentang seorang anak lahir dengan kedua kaki lumpuh. Meskipun dia terlahir cacat, tetapi ia dikenal sebagai anak yang brilian, cerdas, dan pintar di bidang Ilmu Fisika dan Matematika. Keadaan fisiknya tidak meng halangi keinginannya untuk belajar sungguh-sungguh. Justru, dibalik kekurangan itu ia mampu memecahkan soal-soal sulit. Kevin bersahabat dengan Maxwell seorang anak Amerika yang polos, mereka berdua selalu diganggu oleh gerombolan The Dollhouse pimpinan Blade, bahkan dijadikan sebagai sasaran empuk mulai dari mencerca, dihina, atau diganggu. Namun, saat gagal atau pun sukses dalam menghadapi Blade, malah Kevin selalu mengeluarkan kata bijak “ You are not you any man!” yang ia teriakkan dalam menghadapi gerombolan Blade. Itu jelas bahwa, realitas yang dihadapi oleh Kevin sebagai pembela. Ya, walaupun ia caca fisik, akan tetapi ia mampu melakukan sesuatu yang lebih dibandingkan dengan anak normal . Dalam konteks ini, Rodman Philbrick dengan novel itu, dijabarkan bahwa unsur untuk meraih sesuatu itu perlu. Atau kisah tentang seorang anak kecil bernama Charlie dalam film Charlie and The Chocolate Factory, hidup ditengah keluarga yang kurang beruntung, ia ingin sekali melihat pabrik Willy Wonka. Sudah beberapa kali orang tuanya membeli coklat, namun ia selalu kurang beruntung. Dan pernah juga nenek Charlie berkat “ jangan putus asa Charlie, kau pasti mendapatkan kesempatan nanti mengunjungi pabrik.” Namun, hingga pada suatu hari ia mendapatkan uang kertas lalu dengan uang itu ia lansung membelikan coklat. Dan tanpa ia sadari ternyata ada kupon khusus mengunjungi pabrik coklat Willy Wonka. Di toko itu si penjual coklat mengatakan “ jangan kamu sia-siakan kesempatan itu”. Artinya, dalam film itu tidak hanya terselip pesan moral tetapi juga nasehat untuk tidak pernah putus asa atau menyia-nyiakan kesempatan.Nah, yang menjadi pertanyaan. Apakah dinegeri ini akan ada cerita yang memaparkan semangat, optimisme, dan sikap pantang menyerah?.
*** Penulis adalah mahasiswi Sastra Inggris, Fakultas Sastra, bergiat di Komunitas Hijaumuda

No comments: